Bagaimana Cara untuk Lebih Paham dan Meningkatkan Ingatan

Seorang siswa mempunyai pertanyaan sebagai berikut:

Daya pemahaman saya dalam pelajaran termasuk yang mudah untuk memahami pelajaran yang diterangkan oleh guru tetapi saya tidak dapat menjelaskan ulang tentang materi yang telah di terangkan oleh guru kepada teman-teman yang meminta saya untuk mengajarinya kembali. Malah terkadang setiap saya mencoba untuk berbagi ilmu kepada teman-teman, malah saya bingung dan menjadi tidak paham dengan materi yang telah diterangkan oleh guru, padahal sebelumnya saya paham.

Waktu itu saya pernah mengajari temen saya, temen tersebut paham dengan apa yang saya ajarkan kepadanya tetapi saat saya belajar ulang di rumah saya menjadi kurang paham lagi terhadap materi tersebut. Terkadang sifat tersebut membuat saya bingung dengan diri saya.

Menurut saran bapak apa yang harus saya lakukan agar sifat saya seperti ini dapat hilang sehingga saya dapat berbagi ilmu tanpa harus merasa khawatir akan kehilangan pemahan terhadap pelajaran. Terimakasih Pak

Jawaban:

Definisi pemahaman tentang suatu materi tertentu berbeda-beda untuk setiap orang. Secara umum ada beberapa tingkatan dalam memahami sesuatu:

1). Paham untuk diri sendiri

Ini terjadi ketika misalnya guru mengajarkan pelajaran tertentu kepada kita dan kita merasa mengerti, kemudian bisa mengerjakan soal yang diberikan kepada kita.

2). Paham untuk bisa mengajarkan ke orang lain
Ketika sudah bisa paham untuk diri sendiri, tingkatan selanjutnya adalah ketika paham untuk bisa mengajarkan-nya kepada orang lain. Ini membutuhkan tingkat pemahaman tentang diri orang yang kita ajarkan, sehingga cara kita bicara & mengajarkan kepada orang tersebut sesuai dengan cara dia berkomunikasi. Ketika diri kita kurang memahami orang yang kita ajarkan, bisa terjadi salah paham ketika berkomunikasi sehingga membuatnya tidak mengerti maksud dari yang kita sampaikan.

3). Paham untuk bisa mengajarkan ke orang lain sehingga dia bisa mengajarkan ke orang lain lagi

Untuk tingkat pemahaman seperti ini, membutuhkan penguasaan materi yang cukup dalam dan kemampuan untuk membantu dan memotivasi orang yang kita ajarkan supaya dia bisa membantu orang lain untuk bisa mengerti juga dengan materi yang kita sampaikan.

Apa pun level pemahaman kita tentang sesuatu, semakin banyak ilmu yang kita bagikan, semakin menempel pula di dalam kepala kita materi yang kita sampaikan tersebut. Karena disadari atau tidak, ada persyaratan di dalam diri kita, sebelum mampu untuk berbagi ilmu kepada orang lain. Dan ketika kita mengajarkannya, mulut, perasaan, otak, gerakan tubuh, expresi wajah dan bahasa tubuh semuanya terpadu menjadi satu sehingga ilmu yang ingin kita bagikan tersalurkan kepada orang lain. Semakin banyak indera kita yang digunakan dalam mempelajari dan mengajarkan sesuatu, akan semakin menempel pula ilmu atau materi-nya.

Ketika adik berusaha mengajarkan ke orang lain tentang suatu materi tertentu yang merasa telah dipahami sebelumnya, dan ternyata orang lain belum bisa memahami yang disampaikan, berarti tingkatan 2 dari pemahaman yang telah disampaikan diatas belum tercapai.

Yang jadi pertanyaan, apakah pemahaman tentang materi tersebut untuk diri sendiri sudah tercapai atau belum?

Kondisi yang adik hadapi, merasa sudah memahami tapi ketika mengajarkan ke orang lain, pemahaman jadi berkurang atau hilang, ada beberapa kemungkinan penyebab (ada juga yang lainnya, tapi 3 hal di bawah ini yang paling umum):

I). Sebenarnya belum paham

MERASA SUDAH MEMAHAMI dan SUDAH MEMAHAMI adalah 2 hal yang berbeda. Merasa sudah memahami bersifat pendapat atau yang lebih spesifik merupakan sebuah perasaan. Kata kuncinya MERASA. Sedangkan SUDAH MEMAHAMI adalah sebuah fakta. Apakah pemahaman ini masih di tingkat perasaan ataukah sudah di tingkat logika, bisa dibuktikan dengan mengerjakan soal2 yang berhubungan dengan materi yang kita merasa atau memang sudah pahami. Kalau bisa dengan mudah mengerjakan, berarti sudah paham. Kalau masih kesulitan, berarti baru MERASA paham.

SOLUSI: Belajar lebih banyak lagi, dari orang lain atau belajar sendiri melalui buku, pelatihan, multimedia, internet, dan lain sebagainya.

II). Adik adalah orang yang rendah hati

Salah satu tanda orang sombong adalah merasa sudah paham tentang sesuatu, padahal belum tentu, tapi malah menunjukkan ke orang lain bahwa dia paham. Kenyataan bahwa adik menunjukkan jika merasa pemahaman berkurang, menunjukkan kerendahan hati. Orang yang rendah hati selalu merasa, semakin banyak ilmu yang dikuasai, semakin merasa harus belajar lebih banyak lagi. Semakin banyak yang diketahui, semakin merasa belum tahu banyak hal.

Itulah sebabnya mengapa mereka yang pengetahuannya nanggung, menunjukkan sikap bahwa mereka sudah tahu semuanya. Tanpa di sadari ini untuk menutupi perasaan kurang percaya diri atau keminderan-nya bahwa dia sebenarnya belum tahu banyak.

Tapi ketika kita datang kepada orang yang dianggap tahu banyak hal, seringkali mereka merasa tidak tahu dengan yang kita tanyakan. Dan mereka juga berani untuk bilang tidak tahu ketika mereka memang tidak tahu.

Walaupun demikian, perasaan rendah hati ini bisa kebablasan. Mungkin adik punya teman yang sering bilang setelah habis ujian, bahwa dia kuatir kalau nilainya jelek. Ternyata nilainya termasuk yang terbagus di kelas. Ketika ini sudah sering terjadi, teman – teman yang lain bisa mengatakan bahwa dia orang yang sombong, nilai bagus kok di bilang jelek? Terus bagaimana dengan nilai teman-teman yang lain? Padahal teman adik yang nilai-nya bagus itu belum tentu ingin membanggakan nilainya. Bisa jadi memang dia benar-benar kuatir dengan nilainya karena dia mempunyai standar pribadi atau definisi yang berbeda tentang arti dari nilai yang bagus.

SOLUSI: Bersikap apa adanya saja. Ketika mempunyai kekuatiran kalau nilai-nya jelek, tapi di masa lalu seringkali ternyata nilainya tidak sejelek yang dibayangkan, berbagilah kekuatiran ini dengan cerita HANYA kepada teman-teman yang sering dapat nilai bagus. Kalau diceritakan kepada teman-teman yang sering dapat nilai kurang bagus, dikuatirkan teman-teman jadi kesal atau menganggap sombong.

III). Mempunyai masalah ingatan

Masalah ingatan ini sering didefinisikan sebagai mudah lupa. Mungkin dari hal yang sederhana, seperti lupa taruh kunci, lupa taruh buku, lupa kerjakan PR, sampai dengan yang parah seperti lupa tanggal lahir, lupa nama sendiri, dan lain sebagainya.

Dengan adanya masalah mudah lupa, ikut mempengaruhi tentang pemahaman tentang sesuatu juga. Karena syarat untuk seseorang bisa memahami materi tertentu adalah bahwa materi itu juga menempel di otak-nya. Dengan kata lain, dia ingat dengan materi itu. Kalau lupa dengan materinya, otomatis jadi tidak paham.

Penyebab dari masalah mudah lupa ini sendiri secara umum terbagi dua, karena faktor fisik atau biologis dan faktor psikologis.

Kalau dari faktor fisik mungkin sejak lahir sudah mempunyai otak yang tidak mudah mengingat. Atau makanan yang dimakan sehari-hari kurang gizi, sehingga mempengaruhi fungsi kerja otak. Atau saat belajar sedang dalam kondisi lapar atau mengantuk, sehingga kesulitan konsentrasi sehingga materi atau pelajaran susah untuk menempel di otak.

Sedangkan kalau dari faktor psikologis, berbagai macam perasaan negatif yang di rasakan seseorang, jika terpendam atau sering terasa dalam hati, bisa menguras energi di tubuh dan otak, sehingga energi yang tersisa untuk membantu fungsi kerja otak jadi berkurang, sehingga otak lebih sulit untuk mengingat. Misalnya adik merasa kesal, kesepian, stress, takut, cemas, kuatir, bersalah, atau lainnya terhadap apapun, ketika perasaan-perasaan itu belum sepenuhnya hilang dari dalam hati, akan mempengaruhi konsentrasi dalam belajar. Ketika konsentrasi berkurang, otomatis kemampuan untuk mengingat dan memahami jadi berkurang. Sehingga perasaan paham diartikan sebagai sudah paham, padahal masih merasa paham.

Perasaan negatif ini tidak harus berhubungan dengan materinya, tapi bisa juga yang tidak berhubungan. Yang berhubungan misalnya kalau pelajaran-nya tidak disukai, akan membuat belajar jadi lebih stress, sehingga mengurangi konsentrasi belajar. Sedangkan yang tidak berhubungan dengan materinya misalnya di pagi hari ada perselisihan dengan saudara sehingga merasa kesal. Ketika perasaan kesal ini belum hilang ketika sampai di sekolah, konsentrasi belajar di sekolah juga bisa terganggu.

SOLUSI:

Berusaha menggali di dalam hati, perasaan negatif apa yang sering mengganggu, yang mempengaruhi konsentrasi belajar atau konsentrasi dalam mengajar? Apakah perasaan negatif ini berhubungan dengan materi-nya ataukah tidak berhubungan? Apa syaratnya supaya saya bisa merasa bahagia saat belajar atau mengajar?

Setelah tergali perasaan yang mengganggu, baru kemudian atasi, dengan cara yang bisa dilakukan sendiri dengan belajar melalui pelatihan (misalnya pelatihan Terapi Hati), buku, seminar, internet, dan lain sebagainya.

Jika masih bingung cara mengatasinya karena tidak tahu perasaan apa yang sebenarnya mengganggu atau tidak tahu cara mengatasinya, cara tercepat adalah dengan konsultasi atau terapi pribadi secara langsung dengan seseorang yang dipercaya yang bisa memberikan jawaban atas keluhan yang ada.

Semoga membantu.

Thanks.

Syahriar Rizza
Terapis Hati