Perasaan cinta atau marah, kenyataan atau khayalan?
Januari 5, 2007 1 Komentar
Apa maksudnya? Mungkin itu yang ada dalam bayangan kita ketika membaca judul artikel ini. Topik yang akan dibahas memang sesuai judulnya, apakah perasaan cinta yang pernah atau ingin kita rasakan terhadap seseorang itu adalah kenyataan? Ataukah hanyalah suatu khayalan atau imajinasi saja? Apa manfaat membaca artikel ini?
Mayoritas manusia di dunia ini (kalau tidak bisa saya sebut semua manusia) ingin merasa saling mencintai dan saling menyayangi. Rasanya bagaimana ya kalau di cintai atau di sayang itu? Hmm, yang jelas rasanya nyaman & tidak mudah untuk di gambarkan dengan kata2, kecuali oleh penulis novel romantis yang sudah berpengalaman. Seperti seakan-akan, ketika merasakan perasaan saling mencintai di dalam hati, hambatan apa pun dalam kehidupan seakan-akan terasa ringan untuk di hadapi. Seandainya perasaan cinta itu di rasakan oleh sepasang sejoli (belum atau sudah menikah, apakah mengandung dosa atau tidak), seakan-akan dunia milik berdua. Seandainya perasaan cinta itu di rasakan antara orang tua dan anak, seakan-akan anak merasakan semua tantangan dalam kehidupannya terasa lebih mudah. Dan orang tua juga merasakan indahnya dunia diberkahi anak yang saling mencintai dengannya.
Tapi seringkali, seiring dengan berjalan-nya waktu, perasaan cinta itu seperti reda. Dalam banyak kasus seperti hilang, terbang bersama angin. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah cinta yang dulu di rasakan itu cuma khayalan belaka, atau sebuah kenyataan yang di rasakan di dalam hidup kita? Kenapa dulu perasaan saling mencintai itu bisa terasa? Kenapa kemudian hilang? Apakah memang harus seperti itu?
Secara umum, semua perasaan yang ada dalam hati manusia, bisa diciptakan, bisa pula dihilangkan. Munculnya atau hilangnya perasaan-perasaan itu bisa disengaja, bisa pula tidak di sengaja. Dalam kesempatan ini saya akan fokus membahas tentang perasaan cinta.
Jika kita kembali ke masa lalu, atas perasaan cinta yang pernah dirasakan terhadap seseorang, coba diingat kembali. Ketika tidak sedang bersama orang tersebut, bayangan apa yang muncul tentang orang tersebut di dalam kepala kita? Misalnya, waktu di sekolah bertemu, kemudian pulang ke rumah, kira-kira apa yang muncul dalam bayangan kita tentang orang tersebut. Bisa hampir dipastikan bayangan yang muncul adalah bayangan yang positif. Mungkin terbayang bahwa orang tersebut senang mendengarkan kita berbicara, berusaha memahami perasaan kita, seakan-akan kita bisa cerita apa saja, dan lain sebagainya. Walaupun jarang bertemu dengan orang tersebut, misalnya ketika mempunyai hubungan komunikasi jarak jauh, tinggal di lain kota, seakan-akan perasaan saling mencintai itu semakin besar. Padahal bisa jadi yang kita bayangkan itu belum tentu sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.
Kemudian mari kita balik skenario-nya. Ketika kembali ke masa lalu, atas perasaan marah atau tidak suka yang pernah di rasakan terhadap seseorang. Ketika tidak sedang bersama orang tersebut, bayangan apa yang ada di kepala kita tentang orang tersebut? Mungkin dia sedang memarahi kita, memukul, tidak mendengarkan apa yang kita katakan, dan lain sebagainya. Semakin sering bayangan-bayangan negatif ini muncul di kepala kita, semakin negatif pula emosi atau perasaan yang dirasakan terhadap orang tersebut. Padahal bisa jadi yang di bayangkan itu belum tentu sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.
Setelah membaca dua paragraf terakhir di atas, yang satu tentang perasaan cinta, yang satu-nya lagi tentang perasaan marah, jadi timbul minimal satu pertanyaan. Apakah perasaan cinta atau marah itu, disebabkan oleh orang lain, atau di sebabkan oleh diri sendiri? Lebih spesifik lagi, apakah perasaan cinta atau marah itu disebabkan oleh perkataan/perbuatan orang lain, ataukah disebabkan oleh imajinasi di dalam kepala? Jadi, apakah perasaan cinta atau marah itu, sebuah kenyataan, atau khayalan belaka?
Perasaan cinta atau pun marah, sebagian besar bukan di sebabkan oleh orang lain, oleh benda, oleh materi ataupun oleh non-materi, tapi disebabkan oleh perubahan perasaan yang ada di dalam hati. Perubahan perasaan itu bisa disebabkan salah satunya oleh bayangan-bayangan yang ada di dalam kepala, apakah di sengaja ataupun tidak.
Sehingga dalam kehidupan sehari-hari, ketika merasakan perasaan cinta kepada orang lain, bisa lebih di mengerti bahwa penyebab-nya bukan di orang lain, tapi di dalam diri sendiri. Dan ketika merasakan perasaan marah kepada orang lain, penyebab-nya bukan di orang lain, tapi di dalam diri sendiri.
Dengan demikian lebih mudah buat diri kita sendiri untuk memahami, bahwa perasaan itu bisa di rubah sesuai yang kita inginkan. Perasaan cinta ataupun marah tidak terjadi dengan sendirinya, tapi ada proses yang terjadi sehingga perasaan itu timbul. Dan proses ini bisa terjadi hanya dalam waktu se per sekian detik.
Ketika perasaan itu mendatangkan manfaat, bisa kita biarkan. Jika mendatangkan masalah, bisa di kurangi atau dihilangkan. Perasaan cinta kepada pasangan hidup atau keluarga mendatangkan manfaat, sedangkan perasaan cinta kepada orang lain yang tidak seharusnya, bisa mendatangkan masalah. Sedangkan perasaan marah, kepada siapapun, biasanya mendatangkan masalah. Jika bisa dilakukan sendiri, itu baik buat kita. Jika susah untuk menghilangkan-nya dengan usaha sendiri atau sepertinya membutuhkan waktu ber-tahun-tahun untuk menghilangkannya, bisa minta bantuan orang yang berpengalaman & dipercaya untuk membantu untuk mengubah perasaan dalam hati.
Semoga bermanfaat untuk yang membaca artikel ini. Semua nasehat yang baik juga saya tujukan untuk diri saya sendiri. Sampai ketemu pada artikel selanjutnya.
Thanks.
Syahriar Rizza
Terapis Hati
rizza@terapihati.com