Bagaimana cara mengatasi anak yang nakal dan susah di atur?
Maret 23, 2011 Tinggalkan komentar
Seorang Ibu mempunyai pertanyaan sebagai berikut:
Anak cewek saya usia 5 th dan sudah sekolah sejak umur 3 th.tinggal serumah dengan akung sama utinya. Sedangkan ayah-nya kerja diluar kota sejak 9 bln ini. Anak saya memang nakal sekali selagi tidak ada ayahnya dirumah. Tetapi kalau ayahnya pulang kerumah karena libur,anak saya jadi penurut dan pendiam. Dikarenakan yang ditakutkan dirumah adalah cuma sama ayahnya saja.sedangkan sama akung, utinya, sama mamahnya sendiri berani nya minta ampun. Sering sekali saya di bekap pake bantal dan didudukin diatasnya sambil dijatuhin. Saya berusaha diam tapi sianak malah menjadi, nambah seneng dan ketawa2. Karena saya nggak kuat akhirnya bantal tsb saya dorong sampe anak saya terjatuh dikasur. Sedangkan kalau disekolah anak saya jadi diam dan penakut. Saya memang setiap harinya kerja dari pagi sampe sore hari sedangkan setiap harinya si anak sama akung dan utinya. Mohon bantuannya, apa yang hrs saya lakukan? Saya sudah menghadapi dengan cara halus sampai kenceng tapi si anak masih nakal? Sekali lg mohon bantuannya.
terima kasih.
Jawaban:
Ketika anak berulah yang tidak beraturan atau tidak seharusnya, sedangkan menurut usianya harusnya sudah mengerti bagaimana seharusnya berperilaku, kemungkinan besar karena ingin mencari perhatian. Ibu bisa berbesar hati bahwa perilaku anak Ibu yang tidak seharusnya tersebut masih dilakukannya di rumah, bukan di sekolah. Sehingga lebih banyak yang bisa Ibu lakukan untuk memperbaiki kondisi di rumah.
Berhubung Ibu kerja, solusi ringkasnya adalah:
1). Meminta maaf sama anak jika sering marah dan meninggalkannya untuk bekerja, sehingga membuat dia sedih dan nggak bisa main sama Mama di rumah
2). Setiap malam sempatkan minimum 1/2 jam untuk main bersama dengan mematikan HP, TV dan gangguan external lainnya. Cari permainan yang disukai-nya, misalnya boneka, main rumah2-an, dan lainnya. Bisa juga memijat anak sekitar 1 menit sebelum dia tidur. Hal2 yang dilakukan walaupun hanya beberapa menit dalam sehari, jika fokus dan tepat sasaran, hasilnya bisa efektif. Bermain dengan anak 1/2 jam dengan perhatian fokus bisa lebih “terasa” di dalam hati anak daripada bermain bersamanya sekitar 3 jam tapi sambil nonton TV atau pegang HP.
3). Saat istirahat kantor, usahakan untuk menelpon dia (bisa dilakukan dengan menelpon akung, lalu minta telponnya dikasih ke anak). Sampaikan bahwa Mamah kangen lagi kerja, pengen cepet pulang ketemu dia. Lakukan hal ini 1X tiap hari. Kata2nya tidak harus selalu bilang kangen. Yang penting anak merasa Ibunya tetap memikirkan dan membayangkannya saat di kantor. Setiap telpon mungkin minimum 1 menit.
4). Ayah-nya minta maaf atas ke-“galak”-an yang pernah membuat anak takut. Ketika orang tua terlalu “galak”, anak jadi akan berusaha untuk membuat hatinya sedikit “mati rasa”, sehingga lain kali ketika dimarahi, hati-nya tidak akan terlalu sakit. Resikonya adalah, ketika anggota keluarga yang lain berperilaku lebih lembut, seakan-akan tidak mempan. Karena “mati rasa” anak membuat dirinya kurang bisa menerima ucapan atau perilaku-perilaku yang lebih lembut. Ketika hati anak sudah lebih lembut, anak akan merasa lebih mudah menerima apa yang di ucapkan oleh orang tua. Pastikan sebelum meminta anak melakukan sesuatu, selalu sampaikan tujuannya untuk apa. Sehingga anak merasa bahwa dia harus nurut bukan karena sekedar harus nurut, tapi dia merasakan bahwa sesuatu yang harus dilakukannya itu bermanfaat untuk dirinya.
5). Ketika semua di atas sudah dilakukan dan anak masih susah di atur, cari waktu yang tenang, kemudian tanyakan ke anak apa lagi yang bisa dilakukan dengan dia (alternatif) supaya dia merasa senang main dengan Mamah atau yang lainnya. Bisa disampaikan bahwa menutup dengan bantal itu membuat Mamah susah napas dan Mamah senang kalau bisa main yang lainnya. Sehingga nasehat yang baik tetap bisa di sampaikan, dengan terlebih dahulu membantu anak merasa nyaman di ajak ngobrol bareng.
Semoga Membantu.
Syahriar Rizza
Terapis Hati