Bagaimana cara menghindari supaya anak tidak menuruni watak pemarah dari orang tua?

Caranya yaitu dengan menghindari cara mendidik orang tua zaman dulu yang kurang baik, yang beresiko menimbulkan luka batin atau sakit hati pada diri anak. Anak-anak adalah peniru yang sangat baik dan seringkali kurang bisa membedakan mana yang sebaiknya ditiru dan mana yang bukan. Yang ditiru pada umumnya adalah orang-orang terdekat, seperti orang tua, guru & teman. Lebih mudah mengendalikan perilaku kita sebagai orang tua daripada mengendalikan perilaku guru-guru & teman-teman dari anak kita. Sehingga jika ingin membantu anak menjadi penyabar, orang tua bisa menjadi penyabar lebih dulu. Jika ingin membantu anak menjadi seseorang yang disiplin, orang tua bisa menjadi lebih disiplin terlebih dahulu. Dan seterusnya.

Semoga Membantu.

Syahriar Rizza
Terapis Hati

Bagaimana cara menghilangkan watak pemarah yang disebabkan oleh orang tua saya yang dulu juga pemarah?

Banyak teori yang menjelaskan mengapa seseorang bisa menjadi seorang pemarah. Dalam konsep Terapi Hati, semakin sederhana sebuah teori, semakin mudah dipraktekkan dan semakin mudah pula usaha untuk mengatasi masalah.

Jika seseorang memiliki watak pemarah dan juga merasa bahwa orang tua-nya dulu juga pemarah, kemungkinan terbesar watak pemarah belum hilang adalah karena luka batin atau sakit hati karena sering dimarahi ketika kecil juga belum hilang. Dalam berbagai situasi klien Terapi Hati yang ingin dibantu menjadi orang yang lebih penyabar, hal pertama yang saya lakukan biasanya adalah membantu klien untuk dapat sepenuhnya memaafkan kedua orang tua-nya.

Memaafkan berbeda dengan memaklumi. Ketika seseorang memaklumi orang tua-nya yang pemarah di masa lalu, sering kali watak pemarah-nya di “waris”-kan, karena merasa bahwa orang tua pada zaman dulu “marah karena sayang”. Padahal ada cara lain untuk menunjukkan sayang, selain dengan cara memarahi anak. Akibatnya di masa sekarang, anak pun mudah dimarahi karena orang tua di masa lalu sudah di maklumi.

Sehingga ada pernyataan, “Lebih baik merasa bahwa orang tua zaman dulu telah melakukan kesalahan dalam mendidik anak DAN KEMUDIAN Memaafkan Orang Tua, DARIPADA merasa orang tua tidak bersalah & menyalahkan diri sendiri.”

Dan ada banyak cara untuk menghilangkan watak pemarah. Tergantung kompleksitas kehidupan di masa kecil, menghilangkan watak pemarah bisa cepat dilakukan, bisa juga makan waktu tahunan. Cara tercepat adalah dengan cara melakukan Terapi Hati Individu. Karena luka batin atau sakit hati yang menjadi penyebab timbulnya watak pemarah bisa di gali & langsung di lepaskan.

Sedangkan salah satu cara untuk mengatasi watak pemarah dengan cara melakukannya sendiri, dengan asumsi watak pemarah disebabkan karena orang tua zaman dulu yang juga pemarah, adalah dengan melakukan hal berikut secara berurutan:

1). Tutup mata & bayangkan orang tua ada di depan anda

2). Bayangkan semua kesalahan orang tua sejak kecil yang membuat hati terluka

3). Bayangkan orang tua minta maaf atas semua kesalahan tersebut

4). Bayangkan diri anda memaafkan orang tua  & berjanji akan menjadi orang tua yang lebih baik di zaman sekarang

Silahkan dilakukan setiap malam selama 21 hari berturut-turut. Seandainya watak pemarah masih dalam tahap wajar, watak pemarah pun akan berkurang selama 21 hari ke depan. Seandainya watak pemarah belum hilang juga, berarti perlu pendekatan yang lebih dalam lagi seperti merubah pola pikir dalam memandang kehidupan, dengan cara berprasangka positif dalam setiap aspek kehidupan, mengikuti pelatihan, terapi grup ataupun terapi individu.
Semoga Membantu.
Syahriar RizzaTerapis Hati

Bagaimana cara hilangkan kebiasaan anak dalam berkhayal & apakah nanti bisa menjurus menjadi suka berbohong?

Anak-anak yang suka berkhayal menunjukkan bahwa imajinasi-nya cukup tinggi. Ketika anak menceritakan khayalannya, adalah kesempatan bagi orang tua untuk membuat anak merasa di dengarkan & di sayang oleh orang tua. Lama-lama biasanya kebiasaan berkhayal akan berkurang.

Pernyataan di atas adalah di asumsikan bahwa anak berkhayal untuk hal yang positif.  Akan tetapi memang dalam beberapa situasi, anak-anak berkhayal sebagai sarana pelarian dari kehidupannya yang dianggapnya kurang menyenangkan. Kehidupan kurang menyenangkan misalnya ada permasalahan dengan saudara, teman, orang tua, guru, dan lainnya. Dengan berkhayal mereka bisa bebas membayangkan apa saja yang bisa menyenangkan hatinya.

Untuk mengurangi kebiasaan anak untuk berkhayal, bisa ditambah jumlah waktu komunikasi antara orang tua & anak, sehingga waktu anak untuk berkhayal otomatis jadi berkurang. Dan juga dengan lebih sering komunikasi, akan lebih mudah bagi orang tua untuk mendeteksi seandainya anak berkhayal sebagai pelarian atas permasalahan dalam hidupnya, sehingga bisa di antisipasi sejak dini.

Tentang anak yang suka berbohong, pada dasarnya semua perilaku anak yang negatif, biasanya ada penyebab emosi negative-nya. Dalam hal perilaku berbohong, penyebab yang paling umum adalah perasaan takut dengan resiko jika berkata jujur. Takut dimarahi, takut di omelin, takut dipukul, takut diadukan ke orang lain, takut dinasehati berkepanjangan, takut mengecewakan orang tua, dan lainnya. Selama trauma karena perasaan takut masih ada, biasanya akan sulit bagi anak untuk bisa berkata jujur, walaupun pada dasarnya anak tersebut adalah anak yang baik.

Bagaimana hubungan berkhayal dengan berbohong? Seandainya ada, kemungkinannya kecil. Karena penyebab berbohong biasanya karena ada trauma karena perasaan takut yang terpendam. Dan trauma pada diri anak sangat jarang disebabkan karena anak tersebut suka berkhayal.

Dan untuk menghindari anak supaya mudah berkata jujur adalah dengan membantu anak untuk merasa aman & nyaman untuk berkata jujur. Beberapa hal yang bisa membantu untuk hal tersebut adalah jarang menunjukkan kemarahan kepada anak, tetap menjaga komunikasi sehingga anak merasa di dengarkan, berusaha mengerti perasaan anak. Dan yang paling penting adalah membuat anak merasa di saying tanpa syarat. Bahwa apapun yang terjadi dalam hidupnya, dirinya tetap disayang oleh orang tua apa adanya. Dan membuat anak merasa bahwa semua perilaku-nya yang  baik bukan untuk menyenangkan orang tua, tapi dilakukan untuk kebaikan dirinya sendiri, membuat perilaku baik pada diri anak lebih mudah untuk dipertahankan dalam jangka panjang.

Semoga Membantu.

Syahriar Rizza
Terapis Hati