Bagaimana caranya supaya anak mudah untuk konsentrasi dan duduk diam saat belajar?


Supaya anak bisa berkonsentrasi dalam jangka panjang, yang sebaiknya dilakukan adalah bukan sekedar membuat anak supaya mau duduk diam & belajar, tapi bisa diusahakan untuk mencari PENYEBAB mengapa anak susah untuk diam & belajar. Karena jika anak disuruh untuk duduk diam & belajar, sedangkan penyebab anak seperti itu tidak diatasi, di kemudian hari kemungkinan anak akan tetap mengalami kesulitan dalam belajar.

Ada banyak penyebab mengapa anak tidak bisa berkonstrasi ketika belajar. Ada penyebab dari faktor fisik dan ada juga penyebabnya dari faktor perasaan. Kalau dari faktor fisik, penyebabnya bisa jadi memang ada masalah dengan syaraf anak sejak kecil yang menyebabkannya susah untuk berkonsentrasi. Misalnya untuk anak yang masuk kategori penyandang autism atau ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). Untuk memprediksi awal apakah kesulitan anak untuk konsentrasi belajar disebabkan oleh autism atau kah ADHD, cara yang paling sederhana adalah dengan mengamati kegiatan sosialisasi anak2 sehari-hari. Seandainya selain kegiatan belajar, anak tidak mengalami kesulitan dalam bersosialisasi, dan anak juga tidak mengalami kesulitan untuk konsentrasi dalam melakukan hal2 yang di sukai-nya, misalnya membaca buku kesukaannya, kemungkinan besar anak bukan penyandang autism ataupun ADHD. Jika anak sulit konsentrasi dalam SEMUA hal & ketika di ajak berkomunikasi secara normal anak seperti mempunyai kesulitan untuk bertatapan mata, ada kemungkinan anak adalah penyandang autism. Untuk mengetahui secara pasti apakah anak di diagnose dengan autism atau kah ADHD, anak bisa di bawa ke psikolog untuk di lakukan tes lebih lanjut.
Faktor fisik yang lainnya penyebab anak sulit untuk konsentrasi bisa juga karena sedang mengantuk, sehingga yang dipikirkan anak hanya ingin tidur. Untuk mengatasinya bisa dilihat apakah jam tidur anak sudah cukup. Jika belum, usahakan anak mendapatkan jam tidur yang cukup sehingga bisa konsentrasi belajar. Selain rasa ngantuk, bisa juga anak sedang merasa lapar, sehingga yang dipikirkan anak di kepala-nya adalah makanan, sehingga sulit konsentrasi ke pelajaran. Pastikan anak tidak merasa lapar saat belajar, untuk memudahkan otaknya menerima pelajaran yang diberikan.

Di atas telah di bahas faktor fisik yang umumnya menjadi penyebab mengapa anak sulit konsentrasi untuk belajar. Tapi biasanya, faktor terbesar yang menyebabkan anak sulit konsentrasi belajar adalah karena faktor perasaan. Dan dalam faktor perasaan, penyebab anak sulit konsentrasi untuk belajar dibagi lagi menjadi 2 bagian, yaitu penyebab yang berhubungan secara langsung dengan pelajaran dan penyebab yang tidak berhubungan secara langsung dengan pelajaran.
Penyebab dari segi perasaan yang berhubungan langsung dengan pelajaran contohnya adalah trauma terhadap pelajaran karena pernah dimarahi orang tua tau guru ketika nilai pelajaran jelek, pernah dipermalukan oleh teman ketika nilai pelajaran jelek, pernah di hukum di depan kelas ketika nilai pelajaran jelek, orang tua atau guru yang galak dalam memberikan pelajaran, ketidak-sukaan anak terhadap mata pelajaran yang bersangkutan, dan berbagai penyebab lainnya. Selama trauma dihukum, dimarahi, diomelin, dipermalukan dan lainnya terhadap pelajaran yang bersangkutan belum diatasi sepenuhnya, kesulitan konsentrasi anak dalam belajar akan cenderung tetap terjadi. Karena tanpa disadari oleh anak, setiap kali melihat buku pelajaran yang membuat trauma, yang muncul dalam bayangannya adalah peristiwa dalam hidupnya yang membuatnya kecewa dengan dirinya sendiri, karena di hokum, dimarahi, diomelin dan lainnya yang membuat dirinya merasa bahwa dia tidak mampu untuk belajar dengan baik.
Sedangkan penyebab anak sulit konsentrasi untuk belajar dari sisi yang tidak berhubungan secara langsung dengan pelajaran adalah misalnya ada masalah dengan teman, kakak, adik, orang tua, guru, tetangga, paman, tante, kakek, nenek dan lain sebagainya. Kehidupan seorang anak bukan hanya menyangkut pelajaran, tapi juga menyangkut kehidupan sosialnya dengan orang2 di sekitarnya. Tidak ada kehidupan anak yang sempurna. Pasti ada minimum satu bagian dari hidupnya, dimana anak merasakan perasaan yang tidak enak di dalam hatinya. Mungkin anak merasa sering dimarahi oleh orang tua, sehingga dia merasa tidak nyaman atau aman dalam hidupnya. Mungkin anak juga merasa dipilih kasih oleh orang tua-nya dibandingkan kakak atau adiknya. Mungkin anak merasa bahwa dirinya dibandingkan dengan saudara-saudaranya dan teman-temannya oleh orang tua maupun guru. Mungkin saat di sekolah anak merasa tidak nyaman dengan pergaulan dengan guru maupun teman-temannya. Mungkin secara umum anak merasa tidak bahagia karena merasa kurang di sayang, kurang di dengarkan, dan berbagai hal lain yang diinginkan oleh seorang anak. Semua hal ini bisa mengganggu perasaan anak sehingga menyebabkannya sulit konsentrasi dalam belajar. Sulit buat anak untuk belajar sebagai persiapan ujian keesokan hari di sekolah jika misalnya sang anak merasa takut bahwa besok dirinya akan di ejek oleh temannya di sekolah. Ketika anak sering merasa bahwa dirinya kurang di sayang oleh orang tua, sulit juga baginya untuk bisa konsentrasi belajar, sedangkan yang ada didalam hatinya adalah perasaan, “Mama-ku sayang nggak ya sama aku? Kok aku dimarahi terus setiap hari?”

Berbagai hal di atas adalah berbagai contoh KEMUNGKINAN dari penyebab anak kesulitan untuk konsentrasi belajar. Sehingga dalam masalah apapun yang di hadapi anak, cara yang terbaik adalah berusaha mencari penyebabnya, yaitu dengan cara berkomunikasi dengan anak.

Tapi biasanya ada masalah baru, yaitu anak tidak mau menjawab atau bingung untuk menjawab ketika di tanya penyebab dari mengapa dia tidak bisa konsentrasi belajar. Jika ini yang terjadi, berarti ada masalah di belakang masalah. Masalah awalnya adalah anak sulit konsentrasi belajar. Untuk mengetahui sebabnya, anak perlu di tanya. Tapi ketika di tanya, anak tidak mau atau bingung untuk menjawab. Berarti ada masalah baru, yaitu anak tidak mau atau bingung untuk menjawab. Mari kita jawab satu per satu.

Ketika anak ditanya dan tidak mau menjawab, berarti ada perasaan takut di dalam hati anak untuk menjawab. Yaitu takut dengan resiko jika menjawab. Apakah resikonya yang ada di benak anak? Bisa macam-macam, tergantung apa saja yang telah di alami oleh anak selama ini. Mungkin takut di marahi, takut dianggap berbohong, takut bahwa jawabannya tidak menyelesaikan masalah, takut tidak di dengarkan, takut di omelin, takut dilaporkan ke guru atau teman (jika masalah menyangkut dengan guru atau teman di sekolah), dan berbagai resiko lain yang di takuti oleh anak jika menjawab pertanyaan. Jika ini yang terjadi, bantu anak untuk memahami bahwa dia bisa jawab apa saja dan orang tua janji tidak akan marah. Atau janji akan berusaha membantu anak. Atau jika masalah anak karena takut di marahi, orang tua janji untuk minta maaf & berusaha untuk tidak marah2 lagi. Sehingga anak merasa aman & nyaman untuk menjawab pertanyaan, tanpa takut dengan resikonya, sehingga orang tua mendapatkan jawaban dari masalah anak & bisa berusaha untuk mengatasi penyebabnya. Apakah itu denga berusaha mengatasinya sendiri atau dengan cara mencari bantuan professional seperti dari seorang Terapis Hati.

Jika anak merasa bingung dengan pertanyaan, “Mengapa kamu sulit konsentrasi belajar?”, kemungkinan karena pertanyaannya salah. Pertanyaan “mengapa”, “kenapa” & “bagaimana” adalah pertanyaan-pertanyaan alam sadar. Maksudnya adalah, supaya anak bisa menjawab pertanyaan dengan jenis ini, otak anak harus memproses pertanyaan sebelum bisa memberikan jawabannya. Pada umumnya anak tidak begitu paham mengapa dia sulit konsentrasi belajar. Yang dia tahu hanyalah bahwa dia sulit konsentrasi belajar? Mengapa? Tidak tahu, bingung, mungkin karena ini, mungkin karena itu, dan lain sebagainya. Berbagai jawaban ini tidak ada manfaatnya bagi orang tua, karena tidak bisa dimanfaatkan untuk membantu anak supaya bisa lebih konsentrasi belajar.

Kalau begitu, jenis pertanyaan apa yang bisa ditanyakan, supaya jawaban anak lebih akurat? Yaitu dengan pertanyaan alam bawah sadar: apa, siapa, kapan & dimana. Beberapa contoh sebagai berikut: “Apa-nya yang tidak kamu sukai dari pelajaran ini? Pelajaran apa yang kamu sukai & tidak sukai? Hapalan, hitungan, soal cerita, atau apanya? Siapa guru yang kamu sukai & tidak sukai? Siapa yang pernah memarahi kamu kalau tidak mau belajar? Siapa yang pernah memarahi kamu kalau nilai kamu jelek? Kamu lebih suka belajar dengan siapa, Papi atau Mami? Mulai kapan kamu tidak suka dengan pelajaran ini? Kapan kamu merasa lebih suka belajar, pagi, siang, sore atau malam? Konsentrasi belajar kamu biasanya paling bagus sekitar jam berapa?”
Dengan berbagai pertanyaan ini jawaban yang di dapatkan oleh orang tua akan lebih bermanfaat, dibandingkan jawaban dari pertanyaan “kenapa”, “mengapa” atau “bagaimana”. Memang tidak mudah, tapi dengan latihan & praktek berbagai hal yang awalnya tidak mudah akan semakin mudah.

Walaupun demikian, pertanyaan “kenapa”, “mengapa” atau “bagaimana” tetap bermanfaat, asalkan penggunaannya sesuai dengan tujuan yang ingin di capai oleh yang bertanya. Seperti apa persisnya, akan di bahas pada artikel yang lain.

Semoga Membantu.

Syahriar Rizza
Terapis Hati

Tentang Syahriar Rizza
Terapis Hati

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: