Bagaimana cara mengatasi anak yang labil, emosian & gampang panik?

Seorang Ibu mempunyai anak yang labil, emosian, gampang panik. Contohnya kalo telat bangun ke sekolah bisa marah-marah sendiri. Bagaimana cara penanggulangannya? Tapi kalo diajak ngobrol / berkomunikasi sama orang tua dia sangat kooperatif & terbuka.

Jika anak sangat kooperatif & terbuka ketika berbicara dengan orang tua, setengah dari masalah telah teratasi. Langkah selanjutnya adalah mempraktekkan cara bertanya yang baik dan kemudian mempraktekkan teknik parenting atau terapi untuk mengatasi masalahnya.

Anak yang emosinya berlebihan mengindikasikan bahwa ada emosi negative yang terpendam. Jika anak mudah marah, berarti ada kemarahan terpendam. Jika anak mudah takut, berarti ada ketakutan terpendam. Perasaan negative terpendam ini bisa disebabkan oleh orang yang sama atau oleh orang yang berbeda.

Apakah anak sering dimarahi? Jika iya, ada kemungkinan anak memarahi dirinya sendiri, untuk menghindari dimarahi oleh orang tua. Karena dimarahi oleh orang tua rasanya tidak enak. Anak seperti ini punya kecerdasan yang cukup tinggi karena dia bisa melakukan sesuatu untuk menghindar di marahi dengan cara terselubung.

Apakah orang tua mudah panik juga? Terutama, apakah sang Ibu saat hamil ada perasaan mudah panik? Jika iya, kemungkinan anak ikut tertular perasaan tersebut.

Solusi awal, ajak anak bicara empat mata, dan tanyakan apa yang mengganggu perasaannya, sesuai dengan masalah yang dihadapi? Apa yang dikuatirkan kalau terlambat ke sekolah? Takut dimarahi, takut ketinggalan pelajaran sekolah, takut dilihatin teman sekelas waktu masuk kelas, atau apa? Jika karena takut dimarahi oleh orang tua, orang tua bisa minta maaf dengan anak karena pernah memarahi-nya. Jika takut ketinggalan pelajaran, anak bisa dibantu untuk tidur malam lebih cepat.

Semoga Membantu

Syahriar Rizza
Terapis Hati

Bagaimana cara mengatasi dampak buruk dari pembantu terhadap anak yang kedua orang tua-nya bekerja?

Ketika kedua orang tua bekerja, anak lebih banyak menghabiskan waktu bersama dengan pembantu. Dampak yang terlihat sekarang, adalah perkataan dan perilaku menjadi agak kasar. Bagaimana cara mengontrol & mengatasinya?

Idealnya memang Ibu mengurus anak di rumah & Bapak berkerja untuk mencari nafkah. Tapi saya tahu buat kebanyakan orang tua, bukan hal ini yang ingin di dengar, karena dengan perkembangan zaman, sudah sangat umum terjadi di Indonesia bahwa kedua orang tua bekerja & anak di urus oleh pembantu di rumah. Sehingga perlu ada pendekatan lain yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah yang di tanyakan di atas, seandainya kedua orang tua tetap butuh untuk bekerja.

Hal yang perlu dilakukan pertama kali adalah memastikan, apakah memang anak jadi kasar karena pembantu? Ataukah karena hal lainnya seperti tontonan, TV, teman sekolah, teman tetangga, anggota keluarga seperti paman tante kakek nenek dan lainnya? Salah satu cara yang bisa dilakukan yaitu memasang kamera pengintai di tempat tersembunyi. Karena beberapa perilaku pembantu bisa berbeda ketika hanya bersama anak atau ketika bersama dengan orang tua dari si anak.

Jika sudah pasti karena pembantu anak menjadi kasar seperti itu, pilihannya adalah membawa pembantu ke Terapis yang berpengalaman supaya bisa berubah, atau langsung pecat. Nasehat dan saran dari orang tua anak kepada pembantu sulit dipraktekkan oleh pembantu jika dia sudah biasa berbicara seperti itu sejak lama.

Setelah masalah pembantu teratasi, orang tua bisa lebih sering berbicara empat mata dengan anak, berbicara dari hati ke hati. Kemudian saat di kantor, lebih sering telpon anak, bukan sekedar untuk menanyakan sekolah, tapi menyampaikan kata2 penuh perasaan misalnya Mama kangen sama anak saat sedang bekerja di kantor.

Ketika anak sudah merasa dekat dengan orang tua, akan lebih mudah untuk anak bisa lebih terbuka dengan orang tua-nya. Baru kemudian orang tua bisa bertanya hal2 seperti, “Mama tahu kamu anak yang baik. Tapi kadang2 Mama dengan kamu bicara dengan nada atau kata2 yang kurang baik. Dengar dari siapa? Dari pembantu, TV, teman, guru? Mama janji nggak akan marah. Mama pengen tahu saja, soalnya Mama tahu kamu anak yang baik.” Sehingga bisa lebih tahu kondisi anak. Lalu tinggal mempraktekkan teknik2 menjadi orang tua yang lebih baik.

Bagaimana dengan urusan pembantu pengasuh anak? Pastikan untuk menyeleksi pembantu dengan tepat, karena akan sangat mempengaruhi perkembangan mental & jiwa anak. Lebih baik lagi jika pembantu sudah mendapatkan training tentang cara mengasuh anak. Jadi bukan sekedar pembantu, tapi trained babysitter. Sehingga orang tua merasa aman bahwa anak-nya di asuh oleh seseorang yang bisa dipercaya.

Semoga Membantu.

Syahriar Rizza
Terapis Hati

Bagaimana cara mengatasi anak yang sangat aktif atau hyperactive dan bagaimana cara mengatasi dampak negatifnya?

Mayoritas kasus hyperactive disebabkan oleh 2 hal, yaitu hyperactive karena ada gangguan di syaraf & hyperactive karena ada emosi negatif yang terpendam. Bisa juga gabungan dari kedua-nya. Untuk tahu apakah anak masuk kategori yang mana, bisa dibawa ke psikolog untuk di tes & di bawa ke dokter ahli syaraf untuk di periksa tentang kemungkinan gangguan syaraf.

Seandainya belum ingin ke psikolog atau ke dokter karena berbagai situasi, misalnya karena masalah waktu atau dana, di toko buku banyak buku2 yang membahas masalah hyperactive, misalnya buku yang membahas tentang autisme, ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), dan lainnya.

Tapi dalam banyak kasus, yang sering ditemukan adalah anak bukan hyperactive karena masalah syaraf, tapi karena ada emosi negatif terpendam.

Bagaimana cara mendeteksinya?

Ketika anak melakukan sesuatu secara berlebihan, ada beberapa kemungkinan. Bisa jadi karena keasyikan, bisa juga karena pelarian. Mari kita bahas yang karena pelarian.

Ketika seorang anak merasa sebel atau marah dalam hidupnya, karena berbagai hal, ada beberapa anak yang kemudian jadi murung, tapi ada juga yang tanpa disadari ingin menghindar dari perasaan tersebut. Akhirnya jadi berlarian atau main berbagai macam jenis mainan, karena ketika melakukan semua kegiatan itu, dia bisa lari dari perasaan sebel atau marah-nya tadi. Saat bermain, lupa sama marah-nya. Tapi setelah selesai bermain, jadi marah lagi. Lalu bermain lagi, dan begitu seterusnya.

Sampai akhirnya ketagihan untuk bermain mainan tertentu, seperti video game, computer, dan lainnya. Dan karena memang video game di ciptakan oleh perusahaan pembuatnya untuk membuat pemain ketagihan, anak jadi ketagihan dengan video game. Dan ketika video game-nya membutuhkan kecepatan anak dalam merespons game, anak jadi terbiasa merespons dengan cepat, sehingga ketika dalam kegiatan belajar membutuhkan respons yang lebih lambat, anak merasa kesulitan. Akhirnya memperparah kondisi hyperactive yang telah ada sebelum anak ketagihan bermain game.

Sehingga cara terbaik untuk menghindari hyperactive pada diri anak yaitu dengan menghindari game yang alur-nya cepat. Kemudian lebih sering berbicara empat mata (berdua saja) dengan anak tentang dirinya, bukan tentang apa yang dilakukannya.

Misalnya bukan bertanya tentang tadi habis ngapain di sekolah, belajar apa saja, dan lainnya. Tapi lebih banyak lagi bertanya apa makanan kesukaannya, warna kesukaannya, paling suka mainan apa, paling suka kalau sama Mama melakukan apa, dan lainnya.

Semakin anak merasa dekat dengan orang tua, semakin anak merasa dirinya di sayang, sehingga orang tua akan lebih cepat mendeteksi dan mengantisipasi jika ada emosi negative terpendam di dalam diri anak. Sehingga anak tidak perlu melakukan pelarian dari emosi-emosi negatif yang tidak seharusnya dirasakan oleh anak.

Semoga Membantu.

Syahriar Rizza
Terapis Hati

Bagaimana cara menghadapi 2 anak laki-laki yang berbeda karakter?

Ada 2 anak laki-laki adik-kakak yang berbeda karakter. Yang 1 apabila diperhatikan akan menjadi lebih serius (normal dan tidak ada masalah). Tapi yg satu lagi kalo diberi perhatian malah marah-marah, seolah-olah tidak ingin diberikan perhatian lebih oleh orang tuanya. Bagaimana cara menghadapinya?

Setiap anak menginginkan perhatian dari orang tua-nya dengan cara yang berbeda. Ada yang menginginkan perhatian dalam bentuk sentuhan atau ingin lebih banyak di sentuh oleh orang tuanya. Ada yang ingin lebih banyak di ajak ngobrol dengan orang tua-nya. Ada yang ingin lebih sering dipuji. Ada yang ingin lebih banyak waktu dengan orang tua-nya. Dan lain sebagainya.

Sehingga dalam pertanyaan di atas, saya ASUMSI-kan bahwa “perhatian” yang di maksud adalah dalam bentuk “pertanyaan”. Dalam hal ini ini adalah pertanyaan yang menanyakan kabar di sekolah, dengan teman, dan lain sebagainya.

Seringkali sebagai orang tua kita merasa bahwa kalau anak kita mengalami suatu masalah, masalah tersebut tanpa kita sadari kita kotak-kotak-an. Maksudnya adalah, ketika anak di tanya kemudian jadi marah-marah, masalahnya adalah anak tidak mau ditanya. Atau mungkin kita merasa cara bertanya-nya yang salah. Padahal, sejak dalam kandungan Ibu sampai lahir sampai dengan saat ini, semua masalah anak di masa lalu yang belum terselesaikan, akan numpuk semua, dan timbul dalam bentuk perilaku yang membingungkan kita sebagai orang tua.

Misalnya si kakak waktu kecil penah ingin main sama Mama, tapi pada saat yang bersamaan Mama sedang menyusui si adik. Lalu Mama berkata, “Sebentar ya, Mama nyusuin adik dulu.” Kemudian Mama meneruskan fokus menyusui adik tanpa berusaha memberi kakak alternatif mainan yang lain. Sebagai seorang Mama adalah wajar untuk berpendapat bahwa si kakak harusnya mengerti, bahwa adik bayi perlu di susui. Tapi si kakak belum pernah ikut training Terapi Hati. Si kakak waktu itu belum mengerti bagaimana dia harus bersikap. Sehingga si kakak tanpa di sadari memendam perasaan marah ke Mama, karena merasa dipilih kasih dibandingkan adiknya. Dulu kalau mau main sama Mama bisa langsung main, sekarang harus nunggu adik di susui dulu. Ketika komunikasi antara Mama & si kakak kurang lancar, perasaan terpendam seperti yang di contohkan barusan biasanya tidak muncul ke permukaan, tapi tetap bersemayam di dalam hati si kakak. Di tambah dengan berbagai hal2 negatif lain yang terjadi dengan atau tanpa di sadari, perasaan2 negatif ini tidak hilang2, tanpa disadari oleh si kakak juga.

Dan ketika kakak sudah agak besar, mungkin si kakak sendiri juga merasa bingung, “Mama kan hanya bertanya sederhana, kenapa aku reaksi-nya seperti itu ya?” Tanpa disadari oleh si kakak, emosi negatif-nya yang terpendam membuatnya ber-perilaku tidak semestinya kepada Mama.

Kemungkinan lain yang bisa terjadi yaitu sang Ibu saat hamil si adik & si kakak, mengalami perbedaan perasaan selama kehamilan. Ketika hamil si kakak, mungkin sang Ibu merasa baru nikah sehingga perlu penyesuaian dengan suami, sehingga muncul perasaan2 sedih atau marah yang terpendam. Jabang bayi juga bisa merasakan perasaan itu & bisa terbawa setelah dia dilahirkan. Sedangkan ketika hamil anak kedua, pernikahan dirasakan bahagia, sehingga jabang bayi juga bisa merasakan kebahagian tersebut. Sehingga si kakak menjadi anak yang mudah marah, sedangkan si adik menjadi anak yang lebih ceria.

Apakah bisa merubah kepribadian dasar anak, yang merupakan bawaan dari perasaan Ibu waktu hamil? Bisa, tapi tidak semudah merubah kepribadian anak yang terbentuk setelah lahir. Karena kepribadian yang terbentuk sejak di dalam kandungan lebih “mendarah-daging.” Dan ketika memahami bahwa kondisi kepribadian dasar anak juga terbentuk sejak dalam kandungan, yang sebagian besar dipengaruhi oleh perasaan Ibu saat hamil, akan lebih mudah buat orang tua untuk memahami anak, sehingga komunikasi kepada anak bisa lebih diisi dengan saling pengertian.

Terlepas dari apakah masalah anak sejak di dalam kandungan atau tidak, terlepas dari apakah anak mudah diberi perhatian atau tidak, ketika ada masalah, salah satu cara yang paling dianjurkan untuk mengatasinya yaitu mgajak berbicara anak tersebut, tanpa kehadiran orang lain, terutama saudaranya. Jadi hanya berdua alias empat mata. Sehingga anak merasa tidak punya resiko untuk mengungkapkan isi hatinya kepada orang tua. Dan ketika berbicara empat mata ini, Mama juga bisa sambil meyakinkan anak, bahwa, apapun yang dikatakannya, Mama tidak akan marah & akan berusaha memahami.

Contoh kalimat untuk ditanyakan ke anak, “Kakak tahu kan kalau Mama sayang sama Kakak? Kakak juga tahu kalau Kakak anak yang baik? Mama kadang2 bingung kalau waktu Mama Tanya kakak sesuatu, Kakak jawabnya sambil marah2. Mama salah tanya ya? Kakak merasa Mama lebih sayang sama adik ya? Apa yang Kakak inginkan dari Mama supaya ngerasa di sayang?” Sehingga bisa lebih tahu kondisi anak. Lalu tinggal mempraktekkan teknik2 menjadi orang tua yang lebih baik.

Semoga Membantu.

Syahriar Rizza
Terapis Hati

Bagaimana cara menghadapi 2 anak kembar yang beda sifatnya?

Dua anak yang dilahirkan sebagai anak kembar, sifatnya belum tentu sama. Walaupun anak kembar, sifat-nya pun bisa berbeda. Ada suatu kondisi dimana adiknya harus dibantu / “dimarahi” untuk bisa menyelesaikan pelajaran dan hasilnya memang bisa, tapi kakaknya kalo ditekan malah jadi error. Bagaimana supaya kakaknya ini bisa menyelesaikan pelajaran-nya, tanpa ditekan ?

Setiap anak dilahirkan dengan sifat & bakat yang berbeda. Keinginan mereka pun berbeda, walaupun di lahirkan sebagai anak kembar. Sehingga memperlakukan kedua anak dengan cara yang sama persis akan menimbulkan ketidak-adilan, karena persepsi setiap anak supaya merasa disayang oleh orang tua-nya berbeda-beda.

Secara umum, memarahi anak untuk bersedia melakukan sesuatu bukanlah hal yang baik untuk dilakukan. Karena akan menimbulkan luka batin atau sakit hati yang terpendam & akan untuk beberapa anak ada yang bisa meledak di kemudian hari, dalam bentuk sikap melawan orang tua. Hal ini biasanya terlihat sekitar mulai kelas 4SD. Sehingga walau adik lebih mudah untuk dimarahi supaya menurut orang tua, tetap ada resiko emosi negative terpendam & ketergantungan atas kemarahan dari orang tua supaya bersedia melakukan sesuatu.

Untuk kakak yang kalau di tekan malah jadi error, memarahinya adalah hal yang sebaiknya dihindari. Untuk kasus tidak mau belajar, secara umum yang bisa dilakukan terlebih dulu adalah menggali di dalam hati anak, perasaan apa yang dia rasakan sehingga tidak mau belajar?

Perasaan yang membuat tidak mau belajar bisa jadi karena hal yang berhubungan maupun tidak berhubungan dengan pelajaran. Yang tidak berhubungan misalnya merasa dipilih kasih oleh orang tua dengan adik, ada masalah di sekolah, merasa ngantuk, merasa lapar, dan berbagai keluhan perasaan lainnya. Berbagai hal ini bisa di atasi terlebih dahulu untuk membuat anak merasa lebih nyaman belajar.

Sedangkan berbagai perasaan yang membuat tidak mau belajar yang berhubungan dengan pelajaran contohnya adalah tidak suka dengan pelajaran, gurunya galak, tidak mengerti pelajarannya, tidak tahu tujuan belajar, ada trauma yang berhubungan dengan pelajaran, dan lainnya. Berbagai hal ini bisa di atasi terlebih dahulu untuk membuat anak merasa lebih nyaman belajar.

Sebagai contoh, sendainya anak merasa dipilih kasih, sehingga ada kesedihan terpendam, yang menyebabkannya sulit konsentrasi untuk belajar, orang tua bisa membantu anak untuk merasa di dalam hatinya bahwa orang tua-nya sayang kepada-nya apa ada-nya. Seandainya anak merasa trauma dengan pelajaran tertentu karena pernah nilai-nya jelek & lalu dimarahi oleh orang tua, orang tua bisa minta maaf atas kemarahan waktu itu, yang kemungkinan masih belum hilang luka batin atau sakit hati-nya di dalam hati anak, sehingga anak akan lebih mudah berkonsentrasi untuk belajar. Lalu tinggal mempraktekkan teknik2 menjadi orang tua yang lebih baik.

Semoga Membantu.

Syahriar Rizza
Terapis Hati

Bagaimana cara menghindari supaya anak tidak menuruni watak pemarah dari orang tua?

Caranya yaitu dengan menghindari cara mendidik orang tua zaman dulu yang kurang baik, yang beresiko menimbulkan luka batin atau sakit hati pada diri anak. Anak-anak adalah peniru yang sangat baik dan seringkali kurang bisa membedakan mana yang sebaiknya ditiru dan mana yang bukan. Yang ditiru pada umumnya adalah orang-orang terdekat, seperti orang tua, guru & teman. Lebih mudah mengendalikan perilaku kita sebagai orang tua daripada mengendalikan perilaku guru-guru & teman-teman dari anak kita. Sehingga jika ingin membantu anak menjadi penyabar, orang tua bisa menjadi penyabar lebih dulu. Jika ingin membantu anak menjadi seseorang yang disiplin, orang tua bisa menjadi lebih disiplin terlebih dahulu. Dan seterusnya.

Semoga Membantu.

Syahriar Rizza
Terapis Hati

Bagaimana cara menghilangkan watak pemarah yang disebabkan oleh orang tua saya yang dulu juga pemarah?

Banyak teori yang menjelaskan mengapa seseorang bisa menjadi seorang pemarah. Dalam konsep Terapi Hati, semakin sederhana sebuah teori, semakin mudah dipraktekkan dan semakin mudah pula usaha untuk mengatasi masalah.

Jika seseorang memiliki watak pemarah dan juga merasa bahwa orang tua-nya dulu juga pemarah, kemungkinan terbesar watak pemarah belum hilang adalah karena luka batin atau sakit hati karena sering dimarahi ketika kecil juga belum hilang. Dalam berbagai situasi klien Terapi Hati yang ingin dibantu menjadi orang yang lebih penyabar, hal pertama yang saya lakukan biasanya adalah membantu klien untuk dapat sepenuhnya memaafkan kedua orang tua-nya.

Memaafkan berbeda dengan memaklumi. Ketika seseorang memaklumi orang tua-nya yang pemarah di masa lalu, sering kali watak pemarah-nya di “waris”-kan, karena merasa bahwa orang tua pada zaman dulu “marah karena sayang”. Padahal ada cara lain untuk menunjukkan sayang, selain dengan cara memarahi anak. Akibatnya di masa sekarang, anak pun mudah dimarahi karena orang tua di masa lalu sudah di maklumi.

Sehingga ada pernyataan, “Lebih baik merasa bahwa orang tua zaman dulu telah melakukan kesalahan dalam mendidik anak DAN KEMUDIAN Memaafkan Orang Tua, DARIPADA merasa orang tua tidak bersalah & menyalahkan diri sendiri.”

Dan ada banyak cara untuk menghilangkan watak pemarah. Tergantung kompleksitas kehidupan di masa kecil, menghilangkan watak pemarah bisa cepat dilakukan, bisa juga makan waktu tahunan. Cara tercepat adalah dengan cara melakukan Terapi Hati Individu. Karena luka batin atau sakit hati yang menjadi penyebab timbulnya watak pemarah bisa di gali & langsung di lepaskan.

Sedangkan salah satu cara untuk mengatasi watak pemarah dengan cara melakukannya sendiri, dengan asumsi watak pemarah disebabkan karena orang tua zaman dulu yang juga pemarah, adalah dengan melakukan hal berikut secara berurutan:

1). Tutup mata & bayangkan orang tua ada di depan anda

2). Bayangkan semua kesalahan orang tua sejak kecil yang membuat hati terluka

3). Bayangkan orang tua minta maaf atas semua kesalahan tersebut

4). Bayangkan diri anda memaafkan orang tua  & berjanji akan menjadi orang tua yang lebih baik di zaman sekarang

Silahkan dilakukan setiap malam selama 21 hari berturut-turut. Seandainya watak pemarah masih dalam tahap wajar, watak pemarah pun akan berkurang selama 21 hari ke depan. Seandainya watak pemarah belum hilang juga, berarti perlu pendekatan yang lebih dalam lagi seperti merubah pola pikir dalam memandang kehidupan, dengan cara berprasangka positif dalam setiap aspek kehidupan, mengikuti pelatihan, terapi grup ataupun terapi individu.
Semoga Membantu.
Syahriar RizzaTerapis Hati

Bagaimana cara hilangkan kebiasaan anak dalam berkhayal & apakah nanti bisa menjurus menjadi suka berbohong?

Anak-anak yang suka berkhayal menunjukkan bahwa imajinasi-nya cukup tinggi. Ketika anak menceritakan khayalannya, adalah kesempatan bagi orang tua untuk membuat anak merasa di dengarkan & di sayang oleh orang tua. Lama-lama biasanya kebiasaan berkhayal akan berkurang.

Pernyataan di atas adalah di asumsikan bahwa anak berkhayal untuk hal yang positif.  Akan tetapi memang dalam beberapa situasi, anak-anak berkhayal sebagai sarana pelarian dari kehidupannya yang dianggapnya kurang menyenangkan. Kehidupan kurang menyenangkan misalnya ada permasalahan dengan saudara, teman, orang tua, guru, dan lainnya. Dengan berkhayal mereka bisa bebas membayangkan apa saja yang bisa menyenangkan hatinya.

Untuk mengurangi kebiasaan anak untuk berkhayal, bisa ditambah jumlah waktu komunikasi antara orang tua & anak, sehingga waktu anak untuk berkhayal otomatis jadi berkurang. Dan juga dengan lebih sering komunikasi, akan lebih mudah bagi orang tua untuk mendeteksi seandainya anak berkhayal sebagai pelarian atas permasalahan dalam hidupnya, sehingga bisa di antisipasi sejak dini.

Tentang anak yang suka berbohong, pada dasarnya semua perilaku anak yang negatif, biasanya ada penyebab emosi negative-nya. Dalam hal perilaku berbohong, penyebab yang paling umum adalah perasaan takut dengan resiko jika berkata jujur. Takut dimarahi, takut di omelin, takut dipukul, takut diadukan ke orang lain, takut dinasehati berkepanjangan, takut mengecewakan orang tua, dan lainnya. Selama trauma karena perasaan takut masih ada, biasanya akan sulit bagi anak untuk bisa berkata jujur, walaupun pada dasarnya anak tersebut adalah anak yang baik.

Bagaimana hubungan berkhayal dengan berbohong? Seandainya ada, kemungkinannya kecil. Karena penyebab berbohong biasanya karena ada trauma karena perasaan takut yang terpendam. Dan trauma pada diri anak sangat jarang disebabkan karena anak tersebut suka berkhayal.

Dan untuk menghindari anak supaya mudah berkata jujur adalah dengan membantu anak untuk merasa aman & nyaman untuk berkata jujur. Beberapa hal yang bisa membantu untuk hal tersebut adalah jarang menunjukkan kemarahan kepada anak, tetap menjaga komunikasi sehingga anak merasa di dengarkan, berusaha mengerti perasaan anak. Dan yang paling penting adalah membuat anak merasa di saying tanpa syarat. Bahwa apapun yang terjadi dalam hidupnya, dirinya tetap disayang oleh orang tua apa adanya. Dan membuat anak merasa bahwa semua perilaku-nya yang  baik bukan untuk menyenangkan orang tua, tapi dilakukan untuk kebaikan dirinya sendiri, membuat perilaku baik pada diri anak lebih mudah untuk dipertahankan dalam jangka panjang.

Semoga Membantu.

Syahriar Rizza
Terapis Hati

Tidak Memahami Fungsi Batin atau Hati Bisa Menyebabkan Mati Rasa

Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa merasakan keberadaan diri kita di dunia ini. Kita bisa melihat diri kita di depan kaca. Kita bisa melihat wajah kita seperti apa & tubuh kita seperti apa. Ketika berjalan kita bisa memperhatikan bagaimana kita berjalan. Ketika berbicara dengan orang lain kita bisa perhatikan kata-kata yang keluar dari mulut kita. Dan dengan berbagai kejadian yang kita alami di kehidupan kita, hati kita juga bisa merasakan berbagai perasaaan yang timbul akibat berbagai peristiwa tersebut, positif maupun negatif.

Akan tetapi cukup banyak juga di antara kita yang kadang2 merasa seperti dirinya hilang. Seperti bingung apa yang sebenarnya di rasakan dalam hati tentang kehidupan yang dijalani. Dan kemudian lebih sering bicara dengan diri sendiri dan merasa malas untuk bicara dengan orang yang dirasa tidak ada kecocokan. Apa yang sebenarnya terjadi? Demikian pertanyaan salah seorang rekan.

Ketika batin atau hati kita merasakan seperti ada yang hilang, banyak perasaan yang sebenarnya sedang dirasakan oleh hati kita tercinta. Bisa jadi sedang merasakan perasaan kesepian atau kebutuhan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Tapi bukan hanya sekedar orang lain, tapi orang lain yang benar-benar mengerti perasaan yang kita rasakan. Bisa juga karena dalam kehidupan, sering merasakan berbagai perasaan negatif seperti marah, stress, dan berbagai beban emosi negatif lainnya, membuat batin atau hati kita menjadi capai. Kemudian seperti seakan-akan lebih mudah ketika mengabaikan semua perasaan yang mengganggu tersebut. Seakan-akan merasa tidak sepatutnya kita merasakan semua perasaan negatif tersebut, dengan semua hal yang bisa kita syukuri di dunia ini.

Tanpa di sadari, kecenderungan untuk mengabaikan perasaan dalam hati ini adalah tanda bahwa kita kurang bersyukur dengan batin atau hati yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Pencipta kepada kita. Hati (bukan hati “liver”, tapi hati/batin yang sifatnya abstrak) diciptakan untuk merasakan perasaan. Perasaan-perasan itu muncul dan dirasakan sebagai tanda bahwa ada sesuatu yang harus diselesaikan. Perasaan marah sebagai tanda untuk menyelesaikan masalah dan memaafkan orang lain. Perasaan stress sebagai tanda untuk mengurangi beban stress dan meningkatkan kemampuan untuk menghadapi tekanan. Dan perasaan-perasaan negatif lain-nya pun mempunyai fungsi-nya masing-masing sebagai indikator atau tanda bahwa ada sesuatu dalam kehidupan kita yang harus diselesaikan. Mengabaikan semua perasaan yang wajar dirasakan oleh manusia ini membuat hati semakin terbebani dengan semua perasaan negatif, sampai tiba di suatu titik yang di sebut dengan MATI RASA. Seakan-akan sudah tidak merasakan apa2 lagi. Dengan mati rasa ini, perasaan negatif yang lainnya bisa timbul, seperti perasaan kurang di perhatikan. Dan yang lebih menyakitkan, perasaan negatif yang dirasakan akibat mati rasa ini adalah perasaan kurang diperhatikan oleh diri sendiri. Padahal diri kita sendiri adalah orang yang paling kita bisa andalkan untuk menyayangi dan memperhatikan diri kita sendiri.

Dalam kondisi sakit di dalam batin/hati seperti ini, tentunya batin/hati lebih mudah terluka ketika terjadi sesuatu yang kurang menyenangkan dalam hidup. Interaksi dengan orang lain, terutama yang tidak dirasakan ada kecocokan, bisa semakin berkurang, untuk mencegah melukai hati lebih lanjut.

Dan lama-kelamaan, tanpa di sadari, mulai muncul berbagai macam penyakit. Yang tadinya hanya sekedar psikosomatis, yaitu penyakit fisik yang disebabkan secara langsung oleh emosi negatif, menjadi penyakit yang bisa lebih mudah terdeteksi dengan peralatan medis. Kemampuan metabolisme & imunitas tubuh menurun, dan semakin mudah bagi penyakit lainnya untuk timbul di dalam tubuh. Jika siklus-nya tidak di berhentikan, berbagai kemungkinan yang tidak ingin kita bayangkan bisa terjadi.

Dan semuanya itu di awali dengan kecenderungan mengabaikan perasaan negatif di dalam hati. Tapi semuanya itu tadi hanyalah berbagai kemungkinan yang bisa terjadi, nanti. Sekarang kita bisa semakin bersyukur bahwa hati kita masih bisa merasakan berbagai perasaan, baik negatif maupun positif. Dan melakukan semua yang kita bisa lakukan, sendiri atau dengan bantuan orang lain yang kita percayai, untuk mengatasi berbagai perasaan yang kita rasakan. Dan tetap berusaha mengatasi berbagai tantangan yang di hadapi dalam hidup ini. Sampai jumpa pada artikel berikutnya. Semua yang saya sampaikan di atas juga saya tujukan untuk diri saya sendiri.

Syahriar Rizza
Terapis Hati
rizza@terapihati.com

Sayang Kepada Diri Sendiri untuk Kehidupan yang Lebih Sehat dan Bahagia

Dalam berinteraksi dengan klien maupun peserta seminar & workshop, terkadang bertemu dengan beberapa orang yang memilih untuk tetap mempertahankan masalah mereka supaya tetap diperhatikan oleh orang lain, daripada menyelesaikan masalahnya, tapi perhatian yang di dapatkan berkurang. Misalnya ada yang mengeluh sering sakit fisik seperti batuk, sakit kepala, perut, dan lain sebagainya, dan yang bersangkutan juga tahu kalau sakitnya suka timbul kalau sedang stress atau marah. Tentunya ada penyebab fisik seperti makanan, minuman, gaya hidup, udara, dan lainnya yang bisa menyebabkan penyakit fisik timbul. Tapi jika penyakit timbul cukup rutin, dan biasanya timbul ketika sedang stress atau merasakan emosi negatif, tentunya faktor emosi cukup besar dalam mempengaruhi penyakit tersebut.

Ketika sedang sakit kepala, tentunya sangat tidak nyaman rasanya. Tapi ketika sakit kepala timbul, dan kemudian ada perhatian berlebih dari pasangan hidup atau orang tua, kadang-kadang keinginan untuk sembuh jadi berkurang. Seorang istri yang biasanya jarang dipeluk atau di pijat oleh suami-nya karena sibuk dengan pekerjaan, yang kemudian dipeluk dan dipijat oleh suami-nya saat sedang sakit kepala, tentunya sang istri merasa lebih nyaman. Ketika perasaan nyaman ini lebih mem-bahagia-kan dibandingkan sakit kepala yang dirasakan, tanpa di sadari tubuh bisa menciptakan kondisi tertentu pada kepala, yang kemudian menciptakan sakit kepala. Karena tubuh merasakan bahwa dengan adanya sakit kepala, kebahagiaan & kenyamanan atas pelukan dan pijatan itu bisa terulang kembali, seperti yang sudah terkondisikan selama ini.

Hal yang serupa juga bisa terjadi pada seorang anak yang mempunyai kesalah paham-an dengan orang tua-nya. Ketika terjadi perbedaan persepsi antara apa yang diinginkan orang tua dan apa yang diinginkan anak, seringkali anak merasa kurang di sayang oleh orang tuanya. Dan ketika anak ingin menyampaikan apa yang diinginkannya, kata-kata tertahan di tenggorokannya, menyebabkan anak menjadi batuk. Orang tua yang memahami kondisi ini akan lebih mudah untuk mengajak anak berbicara, membuat anak merasa di perhatikan, yang semakin membuat reda batuk sang anak. Akan tetapi, ketika kesalah pahaman terjadi kembali, batuk bisa muncul lagi, anak ngobrol lagi dengan orang tua, batuk reda kembali. Tentunya semua orang tua maupun anak tidak ingin siklus sakit karena ingin diperhatikan ini terulang terus menerus.

Walaupun demikian, biasanya istri, suami atau orang tua atau orang terdekat lainnya lebih bersedia untuk memberikan kasih sayang dan untuk mau menerima apa adanya, memberikan perhatian ketika sedang sehat. Tapi bagaimana kalau perhatian yang diinginkan itu dari orang lain di luar rumah? Misalnya atasan di kantor, rekan kerja, atau partner bisnis? Mereka kadangkala tidak begitu menunjukkan kepedulian dengan apa yang dilakukan, meskipun yang telah dilakukan adalah merupakan sebuah prestasi atau menguntungkan atasan, rekan kerja, maupun rekan bisnis. Ketika sakit dan tidak ada baru mereka sadar dan cari-cari kita. Pikiran seperti ini yang sering membuat beberapa di antara kita memilih untuk tetap sakit. Demikian pertanyaan salah seorang rekan kepada saya.

Secara umum, diri kita adalah orang terpenting dalam hidup kita yang dapat membuat diri kita sendiri merasa mudah untuk disayangi apa adanya. Jika kita sudah cukup menyayangi diri kita sendiri, kasih sayang orang lain terhadap diri kita hanyalah bonus, bukan sesuatu yang kita harus didapatkan. Dan kita tetap dapat memberikan kasih sayang kepada orang lain tanpa syarat. Perasaan tanpa beban seperti ini mempermudah imunitas & metabolisme tubuh melakukan aktifitasnya untuk mempertahankan kesehatan bagi pemiliknya.

Semua yang saya sampaikan juga ditujukan untuk diri saya sendiri dan semoga bermanfaat.

Syahriar Rizza
Terapis Hati
rizza@terapihati.com